Kamis, 08 November 2012

Pandangan Psikoanalisis menurut Tokoh Lain
1.  Carl Gustav Jung (1875-1961)

          Tokoh ini semula adalah murid Freud, tetapi akhirnya mengembangkan teorinya sendiri karena ketidaksetujuannya pada pendekatan Freud yang terlalu nberorientasi pada seks. Jung lebih menekankan teori psikoanalisisnya pada ketidaksadaran kolektif dan ketidaksadaran pribadi yang masing-masing menyimpan pengalaman dari masa sebelum dilahirkan dan masa kanak-kanak yang berpengaruh pada ego yang merupakan inti kesadaran masa kini. Pada akhirnya egolah yang berhubungan dengan dunia luar.
          Dalam hubungannya dengan dunia luar, berbeda dari Freud yang berpendapat bahwaa setiap orang bereaksi sama jika mengalami hal-hal yang serupa, Jung berteori bahwa ada tiga macam tipe kepribadian, yaitu introvert (yang lebih cenderung menyendiri), ekstrovet (yang terbuka dan mudah bergaul) dan ambivert ambivalen (yang berada diantara kedua golongan tersebut).
          Disamping itu Jung membagi tipe reaksi manusia kedalam empat jenis, yaitu rational (yang mendasarkan prilaku pada akalnya),intuisi (perkiraan),emosi(perasaan) dan sensasi (penginderaan).

2. Erik Erison

          Erik Erikson setuju dengan banyak gagasan Feud seperti insting, kepribadian yang terdiri atas id, ego dan superego, perrkembangan kepribadian yang bertahap-tahap, dan bahwa anak harus mengalami krisis dimasa kanak-kanak untuk berkembang ke masa dewasa. Akan tetapi, ia pun berbeda dari Freud dalam berbagai hal, seperti anak adalah aktif, pencari yang adaptif dan bukan penerima yang pasif. Selain itu ego adalah yang terpenting, bukan ketidaksadaran.  Ego harus mengerti realitas. Selanjutnya, menurut Erikson manusia adalah makhluk rasional yang dikendalikan oleh ego, bukan oleh konflik antara id,ego dan superego. Akhirnya, Erikson lebih menekankan pada aspek sosial daripada seksual.
Menurut Erikson ada delapan krisis dalam perkembangan kepribadian manusia, yakni :
1.    Kepercayaan lawan ketidakpercayaan diri (0-1 tahun)
2.    Otonomi lawan rasa malu dan ragu (takut gagal) (1-3 tahun)
3.    Inisiatif lawan rasa bersalah (3-6 tahun)
4.    Industrius (percaya diri karena keberhasilan sosial dan akademik) lawan rasa rendah diri (6-12 tahun)
5.    Identitas lawan kerancuan peran (12-20 tahun)
6.    Keintiman lawan kesendirian jika kurang dapat bergaul (20-40 tahun)
7.    Generatifitas (produksi dalam kerja dan keluarga) lawan stagnasi (kemandekan) (40-65 tahun)
8.    Integritas ego lawan keputusasaan (tua)
`Teori Erikson lebih disukai daripada teori Freud karena lebih banyak mengungkapkan aspek sosial daripada aspek seksual. Sumbangan lainnya adalah dalam hal konsep tentang konflik atau dilema sosial dan yang terpenting adalah pandangannya yang lebih menekankan manusia sebagai makhluk rasional daripada makhluk naluri.

3.  Karen Horey (1967)

Salah satu pendapatnya yang penting adalah bahwa psikologi wanita dan pria tidak sama. Proses terjadinya peran feminin pada wanita bukan karena pembalikan dari oedipoes complex. Peran feminin pada wanita, sebagaimana juga peran maskulin pada pria terjadi karena proses sosialisasi pada masa kanak-kanak. Perlakuan yang berbeda yang diberikan kepada anak laki-laki dan anak perempuan oleh keluarga dan masyarakatnya semasa mereka kanak-kanak, membuat mereka menjadi maskulin dan feminin.
Pandangan Horney ini merupakan teorobosan yang membuka peluang terhadap penelitian tentang psikologi wanita. Antara lain oleh Sandra Bem yang terkenal dengan temuannya bahwa secara psikologik disamping orang yang bersifat maskulin dan feminin, terdapat juga orang yang bersifat androgin yaitu orang yang mempunyai sifat maskulin dan feminin. Dalam masyarakat modern, menurut Bem, hal ini dimungkinkan karena perkembangan teknologi tidak lagi membutuhkan pembagian kerja dan pembagian peran dalam masyarakat berdasarkan jenis kelamin.

4.  Alfred Adler (1929-1964)

          Berbeda dari Freud yang mengutamakan masa kanak-kanak dalam analisis kepribadiannya. Adler menekankan pada pentingnya masa depan. Yang terpenting dalam menentukan prilaku adalah tujuan (telos) hidup, yaitu pengakuan dari lingkungannya (Geltungstrieb). Kegagalan mencapai tujuan ini akan menimbulkan masalah bagi orang yang berrsangkutan. Upaya untuk mencapai pengakuan tersebut adalah melalui kompensasi. Menurut Adler kelemahan manusia yang paling besar adalah pada anggota tubuhnya yang kurang memadai dibandingkan dengan hewan yang sangat sesuai dengan lingkungan hidupnya sehingga menimbulkan perasaan rendah diri. Dalam teori Adler, perasaan rendah diri dan kompensasi inilah yang merupakan inti utama dari perkembangan kepribadian seseorang.Dalam hubungan itu peran dan persaingan dengan saudara sekandung sangat menentukan perkembangan kepribadian.

5.   William Schutz (1955, 1958)

          William Schutz merupakan seorang penganut psikoanalisis yang mengembangkan tipe-tipe kepribadian berdasarkan pengalaman seseorang semasa kanak-kanaknya. Terdapat tiga tipe kepribadian yang berkenaan dengan hubungan antar pribadi seseorang, tipe tersebut terbagi lagi menjadi 2 yaitu tipe expressed dan wanted.
1)    Tipe kontrol yang expressed adalah orang yang dalam hubunghannya dengan orang lain ingin mengatur atau ingin menguasai orang lain. Sebaliknya tipe kontrol yang wanted adalah orang yang dalam hubungannya dengan orang lain cenderung senang diatur.
2)    Tipe Inklusi yang expressed cenderung selalu ingin melibatkan orang lain, sedangkan tipe wanted ingin dilibatkan atau diajak oleh orang lain.
3)    Tipe afeksi yang expressed adalah orang-orang yang selalu ingin memberi kasih sayang kepada orang lain, sedangkan yang ingin disayangi adalah tipe afeksi yang wanted.


0 komentar:

Posting Komentar