Insting Sebagai Enerji Psikik
Insting
adalah perwujudan psikologik dari kebutuhan tubuh yang menuntut pemuasan.
Enerji insting dapat dijelaskan dari sumber (source), tujuan (aim), obyek
(object) dan daya dorong (impetus) yang dimilikinya:
1. Sumber
Insting: adalah kondisi jasmaniah atau kebutuhan. Tubuh menuntut keadaan yang
seimbang terus menerus, dan kekurangan nutrisi misalnya akan mengganggu
keseimbangan sehingga memunculkan insting lapar.
2. Tujuan
insting: berkaitan dengan sumber insting.Tujuan insting pada dasarnya
regressive (kembali asal); berusaha kembali ke keadaan tenang seperti sebelum
munculnya insting. Tujuan insting juga bersifat konservatif; mempertahankan
keseimbangan organisme dengan menghilangkan stimulasi-stimulasi yang
mengganggu.
3. Obyek
insting: segala sesuatu yang menjembatani antara kebutuhan yang timbul dengan
pemenuhannya. Enerji insting dapat dipindahkan (displacement) dari obyek asli
ke obyek lain yang tersedia untuk mereduksi tegangan. Jika pemindahan menjadi
permanen maka proses itu disebut derivatif insting (instinct derivative).
4. Daya
dorong insting: kekuatan atau intensitas keinginan berbeda-beda setiap waktu.
Sebagai tenaga pendorong, jumlah kekuatan enerji dari seluruh insting bersifat
konstan.
Jenis-Jenis Insting
1.
Insting Hidup
Insting
hidup (eros) adalah dorongan yang menjamin survival dan reproduksi, seperti
lapar, haus, dan seks. Enerji yang dipakai oleh insting hidup ini disebut
libido. Freud mengakui adanya bermacam-macam bentuk insting hidup, namun dalam
kenyataannya yang paling di utamakan adalah insting seks. Menurutnya, insting
seks bukan hanya berkenaan dengan kenikmatan organ seksual tetapi berhubungan
dengan kepuasan yang diperoleh dari bagian tubuh lainnya, yang dinamakan daerah
erogen.
2.
Insting Mati
Insting
mati atau insting destruktif (destructive instincts, disebut juga thanatos)
bekerja secara sembunyi-sembunyi dibanding insting hidup. Menurut Freud ,
tujuan semua kehidupan adalah kematian. Freud berpendapat bahwa tiap orang
mempunyai keinginan yang tidak disadarinya untuk mati. Suatu derivatif
insting-insting mati yang terpenting adalah dorongan agresif (aggressive
drive). Insting mati mendorong orang untuk merusak diri sendiri, dan dorongan
agresif merupakan bentuk penyaluran agar orang tidak membunuh dirinya sendiri
(suicide).
Insting
hidup dan insting mati dapat saling bercampur, saling menetralkan. Makan
misalnya merupakan campuran dorongan makan dan dorongan destruktif, yang dapat
dipuaskan dengan menggigit, mengunyah dan menelan makanan.
Distribusi
dan Pemakaian Enerji
Dinamika
kepribadian ditentukan oleh cara enerji psikis didistribusi dan dipakai oleh
id-ego-superego. Jumlah enerji psikis terbatas, dan ketiga unsur struktur itu
bersaing untuk mendapatkannya. Kalau salah satu unsur menjadi lebih kuat maka
dua yang lain menjadi lemah, kecuali ada enerji baru yang ditambahkan atau
dipindahkan ke sistem itu.
Pada
mulanya, seluruh enerji psikis menjadi milik id dan dipakai untuk memenuhi
hasrat (wishfulfillment) melalui aksi refleks, proses primer. Enerji itu
diinvestasikan (cathects) kepada suatu objek untuk memuaskan hasrat. Proses
pemakaian enerji oleh id disebut pemilihan objek (object cathexes id) atau
instinctual object cathexes.
Ego
tidak mempunyai enerji sendiri, sehingga harus menarik enerji dari id. Proses
pengalihan enerji ini disebut identifikasi yakni proses ego mencocokkan
gambaran mental dari id dengan kenyataan aktual. Id berprinsip bahwa obyek
nyata harus sama dengan gambaran atau fantasi mengenai obyek yang diinginkan,
sedang ego berprinsip gambaran obyek bisa berbeda dengan obyek nyata, gambaran
itu harus dikonfrontasi dengan kenyataan dan peluang untuk memperolehnya.
Konsep identitas ini sangat penting karena semua kemajuan kognitif adalah ujud
dari gambaran mental mengenai dunia yang semakin mendekati kenyataan. Sebagian
enerji juga dipakai untuk mengekang id agar tidak bertindak impulsif dan
irasional. Daya kekang ini disebut anticathexes yang melawan dorongan cathexes
id. Antikateksis juga dipakai untuk melawan superego yang terlalu menindas
kebebasan rasional. Ego melindungi diri dengan mekanisme (defense mechanism) di
kala id dan superego menjadi ancaman. Ego sebagai eksekutif kepribadian memakai
enerji untuk mengatur aktifitas dari tiga struktur itu dalam kesatuan.
Superego
mendapat enerji dari id melalui proses identifikasi. Orang tua menyalurkan
nilai-nilai sosial kepada anaknya melalui pemberian hadiah dan hukuman. Aturan
moral mewakili usaha masyarakat untuk mengontrol dan mencegah pengungkapan
dorongan primitif, terutama dorongan seksual dan agresi.
Kecemasan
(anxiety)
Kecemasan
adalah fungsi ego untuk memperingatkan individu tentang kemungkinan datangnya
suatu bahaya sehingga dapat disiapkan reaksi adaptif yang sesuai. Ada tiga
jenis kecemasan:
1. kecemasan
realistik (realistic anxiety) adalah takut kepada bahaya yang nyata ada di
dunia luar. Kecemasan ini menjadi asal muasal timbulnya kecemasan neurotik dan
kecemasan moral.
2. kecemasan
neurotik (neurotic anxiety) adalah ketakutan terhadap hukuman yang bakal
diterima dari orang tua atau unsur penguasa lainnya kalau seseorang memuaskan
insting dengan caranya sendiri, yang diyakininya bakal menuai hukuman.
3. kecemasan
moral (moral anxiety), kecemasan moral timbul ketika orang melanggar standar
nilai orang tua.
Perbedaan
kecemasan moral dan kecemasan neurotik adalah perbedaan prinsip yakni : tingkat
kontrol ego. Pada kecemasan moral orang tetap rasional dalam memikirkan
masalahnya berkat enerji superego, sedangkan pada kecemasan neurotik orang
dalam keadaan distres-terkadang panik-sehingga mereka tidak dapat berpikir
jelas dan enerji id menghambat penderita kecemasan neurotik membedakan antara
khayalan dengan realita.
Mekanisme
Pertahanan (defense mechanism)
Bagi freud, mekanisme
pertahanan adalah strategi yang dipakai individu untuk bertahan melawan ekspresi
impuls id serta menentang tekanan super ego. Menurutnya, ego mereaksi bahaya
munculnya impuls id memakai dua cara:
1.
membentengi impuls sehingga tidak dapat
muncul menjadi tingkahlaku sadar.
2.
membelokkan impuls itu sehingga
intensitas aslinya dapat dilemahkan atau diubah.
Freud
hanya mendeskripsi tujuh mekanisme pertahanan; identification, displacement,
repression, fictation, regression, reaction formation, projection. Pengikut-pengikutnya,
Anna Freud menambah lebih dari 10 dinamika mekanisme pertahanan. Semua
mekanisme pertahanan mempunyai tiga persamaan ciri:
1. mekanisme
pertahanan itu beroperasi pada tingkat tak sadar.
2. mekanisme
pertahanan selalu menolak, memalsu, atau memutar-balikkan kenyataan.
3. mekanisme
pertahanan itu mengubah persepsi nyata seseorang, sehingga kecemasan menjadi
kurang mengancam.
Menurut
Freud, jarang ada orang yang memakai hanya satu mekanisme pertahanan untuk
melindungi diri dari kecemasan. Umumnya orang memakai beberapa mekanisme
pertahanan, baik secara bersama-sama atau secara bergantian sesuai dengan
bentuk ancamannya.
Identifikasi(Identification)
Identifikasi
sebagai sarana ego dan superego memperoleh enerji psikis dari id. Konsep
identifikasi sebagai mekanisme pertahanan sejalan dengan konsep pemindahan
enerji psikis itu. Ketika ego mengidentifikasi khayalan mental dengan kenyataan
hasil persepsi, itu berarti suatu hal internal dicocokkan dengan eksternal.
Mekanisme pertahanan identifikasi umumnya dipakai untuk tiga macam tujuan:
1. identifikasi
merupakan cara orang dapat memperoleh kembali sesuatu(obyek) yang telah hilang.
Anak yang merasa ditolak orangtuanya cenderung membentuk identifikasi yang kuat
dengan orangtuanya itu dengan harapan dapat memperoleh penerimaan orangtuanya.
2. identifikasi
dipakai untuk mengatasi rasa takut. Anak mengidentifikasi larangan-larangan
orangtuanya agar terhindar dari hukuman.
3. melalui
identifikasi orang memperoleh informasi baru dengan mencocokkan khayalan mental
dengan kenyataan. Proses identifikasi sangat penting dalam dinamika dan
perkembangan kepribadian.
Pemindahan/reaksi
kompromi(displacement/reactions compromise)
Manakala
obyek kateksis asli yang dipilih oleh insting tidak dapat dicapai karena ada
rintangan dari luar(sosial, alami) atau dari dalam(antikateksis), insting itu
direpres kembali ke ketidaksadaran atau ego menawarkan kateksis baru, yang
berarti pemindahan enerji dari obyek satu ke obyek yang lain, sampai ditemukan
obyek yang dapat mereduksi tegangan.
Sumber
dan tujuan dari insting selalu tetap, obyeknya yang berubah-ubah melalui
displacement. Obyek pengganti jarang dapat memberi kepuasan atau mereduksi
tegangan seperti obyek aslinya, dan semakin obyek pengganti itu berbeda dengan
yang asli, maka semakin sedikit tegangan dapat direduksi. Proses mengganti
obyek kateksis untuk meredakan ketegangan di atas, adalah kompromi antara
tuntutan insting dengan realitas ego disebut reaksi kompromi(reaction
compromise). Ada
tiga macam reaksi kompromi, yakni sublimasi, substitusi, dan
kompensasi(sublimation, subtitution, compensation).
1. sublimasi
adalah kompromi yang menghasilkan prestasi budaya yang lebih tinggi, diterima
masyarakat sebagai kultural kreatif.
2. substitusi
adalah pemindahan atau kompromi di mana kepuasan yang diperoleh masih mirip
dengan kepuasan aslinya.
3. kompensasi
adalah kompromi dengan mengganti insting yang harus dipuaskan. Gagal memuaskan
insting yang satu diganti dengan memberi kepuasan insting yang lain.
Kemampuan
untuk membentuk obyek pengganti ini adalah mekanisme yang paling kuat dalam
perkembangan kepribadian. Semua perhatian, minat, kegemaran, nilai-nilai,
sikap, dan ciri kepribadian orang dewasa menjadi ada berkat pemindahan obyek
ini.
Represi(Repression)
Represi
adalah proses ego memakai kekuatan anticathexes untuk menekan segala
sesuatu(ide, insting, ingatan, fikiran) yang dapat menimbulkan kecemasan keluar
dari kesadaran. Dinamika
camppuran antara represi dan pemindahan, sebagai berikut:
1. represi+displacement
2. represi+simptom
histerik
3. represi+psychophysiological
disorder
4. represi+fobia
5. represi+nomadisme
Fiksasi
dan regresi(fixation and regression)
Fiksasi
adalah terhentinya perkembangan normal pada tahap perkembangan tertentu karena
perkembangan lanjutannya sangat sukar sehingga menimbulkan frustasi dan
kecemasan yang terlalu kuat. Frustasi,
kecemasan dan pengalaman traumatik yang sangat kuat pada tahap perkembangan
tertentu, dapat berakibat orang regresi; mundur ke tahap perkembangan yang
terdahulu, dimana dia merasa puas di sana.
Pembentukan
Reaksi(Reaction Formation)
Tindakan
defensif dengan cara mengganti impuls atau perasaan yang menimbulkan kecemasan
dengan impuls atau perasaan lawan/kebalikannya dalam kesadaran, misalnya; benci
diganti cinta, rasa bermusuhan diganti dengan ekspresi persahabatan.
Pembalikan(Reversal)
Mengubah
status ego dari aktif menjadi pasif, mengubah keinginan perasaan dan impuls
yang menimbulkan kecemasan menjadi ke arah diri sendiri(seperti turning upon
around self), atau seperti reaksi formasi dengan obyek yang spesifik(pada
reaksi formasi perasaan yang dibalik digeneralisasikan kepada obyek yang luas).
Projection(Projeksi)
Projeksi
adalah mekanisme mengubah kecemasan neurotik/moral menjadi kecemasan realistik,
dengan cara melemparkan impuls-impuls internal yang mengancam dipindahkan ke
obyek di luar, sehingga seola-olah ancaman itu terprojeksi dari obyek eksternal
kepada diri orang itu sendiri. Pengubahan ini mudah dilakukan karena sumber
asli kecemasan neurotik/moral itu adalah ketakutan terhadap hukuman dari luar.
Reaksi
Agresi(Aggressive Reactions)
Ego memanfaatkan drive
agresif untuk menyerang obyek yang menimbulkan frustasi, menutupi kelemahan
diri dengan menunjukkan kekuatan drive agresinya, baik yang ditujukan kepada
obyek yang asli, obyek pengganti, maupun ditujukan kepada diri sendiri. Ego
membentuk antikateksis, dengan mempertentangkan insting-insting agar insting
yang menjadi sumber tegangan frustasi dan anxiety tetap berada di bawah sadar.
Ada lima macam reaksi
agresi:
1. agresi
primitif
2. scapegoating
3. free-floating-anger
4. suicide
5. turning
around upon the self
Intelektualisasi(Intelectualization)
Ego
menggunakan logika rasional untuk menerima kateksis obyek sebagai realitas yang
cocock dengan impuls asli. Mengatasi
frustasi dan anxiety dengan memutarbalikkan realitas untuk mempertahankan harga
diri. Ada lima macam intelektualisasi yaitu:
1. Rasionalisasi(rationalization):
menerima, puas dengan object cathexes dengan mengembangkan alasan rasional yang
menyimpangkan fakta. Ad dua macam rasionalisasi:
a. sour-grape
rationalization: menganggap kateksis obyek yang tidak dapat dicapai sebagai
sesuatu yang jelek.
b. sweet-lemon
rationalization: menganggap kateksis obyek yang dapat diperoleh sebagai yang
terbaik.
2. Isolasi(Isolation):
mempertentangkan antara komponen afektif dengan kognitif, gejala neurosis
obsesi kompulsi, di mana dorongan insting(yang tidak dapat diterima ego)
bertahan di kesadaran, tetapi tanpa perasaan puas atau senang.
3. Undoing:
kecemasan dan dosa akibat kegiatan negatif, ditutupi atau dihilangkan dengan
perbuatan positif penebus dosa dalam bentuk “tingkah laku ritual”.
4. Denial:
menolak kenyataan, menolak stimulus atau persepsi realistik yang tidak
menyenangkan dengan mnghilangkan atau mengganti persepsi itu dengan fantasi
atau halusinasi. Denial menghilangkan “bahaya yang datang dari luar” dengan
mengingkari(mengganggap bahaya itu tidak ada).
Penolakan(escaping-avoiding)
Melarikan
diri/menghindar atau menolak stimulus eksternal secara fisik agar emosi yang
tidak menyenangkan tidak timbul. Menghindar dari ancaman dan menempatkan diri
dibawah perlindungan patron. Orang bisa menghindari ancaman dengan menarik diri
menjadi pertapa atau orang suci, ini disebut mekanisme ascetism.
Pengingkaran
(Negation)
Impuls-impuls
yang direpres diekspresikan dalam bentuk yang negatif, semacam denial terhadap
impuls/drive, impuls id yang menimbulkan ancaman oleh ego diingkari dengan
memikirkan hal itu tidak ada.
Penahanan
Diri (Ego Restriction)
Menolak
usaha berprestasi, dengan menganggap situasi yang melibatkan usaha itu tidak
ada, karena cemas kalau-kalau hasilnya buruk/negatif. Mempertahankan
self-esteem (yang terancam dari gambaran diri berprestasi negatif), dengan
menolak aktivitas yang dapat dibandingkan hasilnya dengan hasil orang lain,
memilih kedudukan sebagai pengamat atau penilai.
3.
PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN
Freud
adalah teoritisi pertama yang memusatkan perhatiannya kepada perkembangan
kepribadian, dan menekankan pentingnya peran masa bayi dan awal anak dalam
membentuk karakter seseorang. Freud yakin bahwa struktur dasar kepribadian
sudah terbentuk pada usia 5 tahun, dan perkembangan kepribadian sesudah usia 5
tahun sebagian besar hanya merupakan elaborasi dari struktur dasar tadi.
Freud
membagi perkembangan kepribadian menjadi tiga tahapan, yakni tahap infantil
(0-5 tahun), tahap laten (5-12 tahun), dan tahap genital (>12 tahun). Tahap
infantil yang paling menentukan dalam membentuk kepribadian, terbagi menjadi
tiga fase, yakni fase oral, fase anal, dan fase falis. Pada umumnya kemasakan
kepribadian dapat dicapai pada usia 20 tahun.
Fase
Oral (usia 0;0 – 1;0)
Pada
fase ini mulut merupakan daerah pokok aktivitas dinamik atau daerah kepuasan
seksual yang dipilih oleh insting seksual. Kepuasan yang berlebihan pada fase
oral, akan membentuk oral incorporation personality pada masa dewasa, yakni
orang menjadi senang/fiksasi mengumpulkan pengetahuan atau mengumpulkan harta
benda, atau gampang ditipu (mudah menelan perkataan orang lain). Sebaliknya, ketidakpuasan
pada fase oral, sesudah dewasa orang menjadi tidak pernah puas, tamak (memakan
apa saja) dalam mengumpulkan harta. Tahap ini secara khusus ditandai oleh
berkembangnya perasaan ketergantungan, mendapat perlindungan dari orang lain,
khususnya ibu.
Fase
Anal (usia 1;0 – 2/3;0)
Pada
fase ini dubur merupakan daerah pokok aktivitas dinamik, kateksis, dan
antikateksis berpusat pada fungsi eliminer (pembuangan kotoran). Freud yakin
toilet training adalah bentuk mula dari belajar memuaskan id dan superego
sekaligus, kebutuhan id dalam bentuk kenikmatan sesudah defekasi dan kebutuhan
superego dalam bentuk hambatan sosial atau tuntunan sosial untuk mengontrol
kebutuhan defekasi. Semua bentuk kontrol diri (self control) dan penguasaan
diri (self mastery) berasal dari fase anal.
Fase
Falis (phallic) (usia 2/3;0 – 5/6;0)
Pada
fase ini alat kelamin merupakan daerah erogen terpenting. Masturbasi
menimbulkan kenikmatan yang besar. Pada saat yang sama terjadi peningkatan
gairah seksual anak kepada orang tuanya yang mengawali berbagai pergantian
kateksis obyek yang penting. Perkembangan terpenting pada masa ini adalah
timbulnya Oedipus complex, yang diikuti fenomena castration anxiety (pada
laki-laki) dan penis envy (pada perempuan).
Oedipus
kompleks adalah kateksis obyek seksual kepada orang tua yang berlawanan jenis
serta permusuhan terhadap orang tua sejenis. Pada mulanya, anak (laki dan
perempuan) sama-sama mencintai ibu yang telah memenuhi kebutuhan mereka dan
memandang ayah sebagai saingan dalam merebut kasih sayang ibu.
Pada
anak laki-laki, persaingan dengan ayah berakibat anak cemas kalau-kalau ayah
memakai kekuasaannya untuk memenangkan persaingan merebut ibunya. Dia cemas
penisnya akan dipotong oleh ayahnya yang disebut cemas dikebiri atau castration
anxiety. Kecemasan ini mendorong anak laki-laki mengidentifikasi ayahnya.
Ketakutan ini juga menyebabkan ditekannya keinginan seksual terhadap ibu dan
rasa permusuhan terhadap ayahnya.
Pada
anak perempuan rasa sayang kepada ibu berubah menjadi kecewa dan benci ketika
tahu kelaminnya berbeda dengan anak laki-laki. Ibunya dianggap bertanggung
jawab terhadap kastrasi kelaminnya, sehingga anak perempuan mentransfer
cintanya kepada ayahnya yang memiliki organ berharga (yang juga ingin
dimilikinya). Tetapi perasaan cinta itu bercampur dengan perasaan iri penis
(penis envy) baik kepada ayah maupun kepada laki-laki secara umum. Oedipus
kompleks pada wanita tidak direpres, cinta kepada ayah tetap menetap walaupun
mengalami modifikasi karena hambatan realistik pemuasan seksual itu sendiri.
Fase
Laten (Latency) (usia 5/6;0 – 12/13;0)
Dari
usia 5 atau 6 tahun sampai remaja, anak mengalami periode peredaan impuls
seksual, disebut periode laten. Menurut Freud penurunan terjadi karena tidak
adanya daerah erogen baru yang dimunculkan oleh perkembangan biologis. Pada
fase ini anak mengembangkan kemampuan sublimasi, yakni mengganti kepuasan
libido dengan kepuasan nonseksual, khususnya bidang intelektual, atletik, keterampilan,
dan hubungan teman sebaya. Anak menjadi lebih mudah mempelajari sesuatu
dibandingkan dengan masa sebelum dan sesudahnya (masa pubertas).
Fase
Genital (usia 12/13;0 – dewasa)
Fase
ini dimulai dengan perubahan biokimia dan fisologi dalam diri remaja. Sistem
endokrin memproduksi hormon-hormon yang memicu pertumbuhan tanda-tanda seksual
sekunder (suara, rambut, buah dada, dll), dan pertumbuhan seksual primer. Pada
fase ini impuls seks mulai disalurkan ke obyek di luar, seperti; berpartisipasi
dalam kegiatan kelompok, menyiapkan karir, cinta lain jenis, perkawinan dan
keluarga. Pada fase falis, kateksis genital mempunyai sifat narkistik terjadi
perubahan dari anak yang narkistik menjadi dewasa yang berorientasi sosial,
realistik, dan altruistik.
Fase
ini berlanjut sampai orang tutup usia dimana puncak perkembangan seksual
dicapai ketika orang dewasa mengalami kemasakan kepribadian. Beberapa gambaran
tingkah laku dewasa yang masak, ditinjau dari dinamika kepribadian Freud:
1. Menunda
kepuasan: dilakukan karena obyek pemuas yang belum tersedia, tetapi lebih
sebagai upaya memperoleh tingkat kepuasan yang lebih besar pada masa yang akan
datang.
2. Tanggung
jawab: kontrol tingkah laku dilakukan oleh superego berlangsung efektif, tidak
lagi harus mendapat bantuan kontrol dari lingkuangan.
3. Pemindahan/sublimasi:
mengganti kepuasan seksual menjadi kepuasan dalam bidang seni, budaya, dan
keindahan.
4. Identifikasi:
meiliki tujuan-tujuan kelompok, terlibat dalam organisasi sosial, politik, dan
kehidupan sosial yang harmonis.
APLIKASI
Ranah aplikasi
psikoanalisis cukup bervariasi, yang terpenting diantaranya aplikasi di bidang
psikopatologi, psikoterapi, psikosomatis, dan pengasuhan anak.
Psikopatologi
Psikoanalisis
memahami psikopatologi sebagai masalah perkembangan, akibat gangguan semasa
melewati tahap-tahap psikoseksual. Orang dewasa yang fondasi kepribadiannya
lemah bisa menjadi mengalami psikopatologi. Berikut dinamika jiwa menurut
psikoanalis pada beberapa jenis psikopatologi:
1.
Histeria, disebut juga conversion
disorder: kelumpuhan tanpa sebab-sebab fisik, menurut psikoanalisis ini akibat
adanya transformasi dari konflik-konflik psikis menjadi malfungsi fisik.
2.
Fobia: ketakutan yang sangat dan tidak
pada tempatnya, oleh Freud dianalisis sebagai dampak dari kecemasan yang
dialihkan, bisa kecemasan yang berkaitan dengan impuls seksual atau kecemasan
akibat peristiwa traumatik.
3.
Obsesi-kompulsi, mempunyai tema yang
sangat bervariasi. Tema kebersihan, penyakit, kekejaman, dilatarbelakangi oleh
konflik seksual pada fase anal.
4.
Depresi: perasaan tidak mampu, tidak
kompeten, kehilangan harga diri, dan merasa bertanggung jawab terhadap semua
kejadian buruk (pada dirinya dan lingkungannya).
5.
Ketagihan obat atau alkohol:
interpretasi psikoanalisis terhadap ketagihan obat/alkohol bervariasi. Freud
menganggap adiksi dilatarbelakangi oleh insting mati. Ada juga yang
menganalisis botol minuman sebagai representasi dari buah dada ibu pada fase
oral.
Psikoterapi
Aplikasi
psikoanalisis yang terpenting adalah psikoterapi. Bisa dipahami karena pada
dasarnya Freud mengembangkan teori psikoanalisisnya dari praktek psikoterapi
yang dilakukannya.
Tujuan: Memperkuat ego
sehingga mampu mengontrol impuls insting, dan memperbesar kapasitas individu
untuk mencintai dan berkarya. Klien belajar bagaimana mensublimasi impuls
agresi dan impuls seksual, belajar bagaimana mengarahkan keinginan dan bukan
malahan diarahkan oleh keinginan.
Teknik yang dipakai:
1. Asosiasi
bebas: klien mengatakan apa yang terlintas dalam fikirannya, tidak peduli hal
itu remeh, memalukan, tidak logis, dan atau kabur. Tiga asumsi yang menjadi
dasar asosiasi bebas:
a. apa
saja yang dikatakan dan dilakukan seseorang sekarang, mempunyai makna dan
berhubungan dengan perkataan dan perbuatannya di masa lalu,
b. materi
tak sadar berpengaruh penting terhadap tingkah laku, dan
c. materi
tak sadar dapat dibawa ke kesadaran dengan mendorong ekspresi bebas setiap kali
mereka muncul ke dalam fikiran.
Menurut Freud, walaupun pasien
menghalangi topik tertentu dan berusaha menyembunyikannya, suatu ketika
terbentuk rantai asosiasi yang membuat terapis dapat memahami konflik mental
dan emosional pasien itu.
2. Analisis
mimpi: ketika tidur, kontrol kesadaran menurun, dan mimpi adalah ungkapan
isi-isi tak sadar karena turunnya kontrol kesadaran itu.
3. Freudian
slip meliputi: salah ucap, salah membaca, salah dengar, salah meletakkan obyek,
dan tiba-tiba lupa. Semuanya menurut Freud bukan kebetulan tetapi dipengaruhi
oleh insting ketidaksadaran.
4. Interpretasi:
mengenalkan kepada klien makna yang tidak disadarinya dari fikiran, perasaan
dan keinginannya.
5. Analisis
resistensi: resistensi adalah mekanisme pertahanan klien, dan analisis akan
mengungkap unsur yang penting dari masalah yang ingin disembunyikan klien.
6. Transference:
pengungkapan isi-isi ketidaksadaran yang tersimpan sejak anak-anak, dengan
memakai terapis sebagai medianya.
7. Working
through: terus menerus menginterpretasi dan mengidentifikasi masalah klien,
mengulang resitensi dan tranferensi, pada seluruh aspek pengalaman kejiwaan.
Psikosomatis
Psikosomatis
adalah patologi organik yang diawali atau kemudian gejalanya diperberat oleh
stimulasi lingkungan nonpatologik. Psikoanalisis mengungkap akar masalah psikis
yang melatarbelakangi penyakit itu, dan membantu pengobatan dengan psikoterapi
agar kesembuhan menjadi permanen.
Pengasuhan
Anak
Perhatian
terhadap pertumbuhan anak sampai usia balita, secara langsung atau tidak
langsung merupakan sumbangan penting dari psikoanalisis. Perkembangan masa
kecil merupakan fondasi kepribadian, umumnya diterima dengan berbagai variasi.
Paling tidak, psikoanalisis mendorong orang tua untuk menghindari kemungkinan
terjadi frustrasi pada bayinya.